Edukasi Pengetahuan Infeksi Jamur Superfisial dan Potensi Penggunaan Tanaman Obat sebagai Terapi Antijamur
DOI:
https://doi.org/10.26714/jipmi.v2i1.69Kata Kunci:
antijamur, dermatofitosis, infeksi jamur, tanaman obatAbstrak
Latar belakang: Infeksi jamur superfisial masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia merupakan daerah tropis dengan tingkat kelembaban tinggi. Hal ini merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan jamur. Sebagian penderita infeksi jamur superfisialis masih memilih menggunakan obat yang dijual bebas tanpa resep dokter. Penggunaan obat tanpa resep dokter meningkatkan potensi resistensi obat. Indonesia memiliki variasi tumbuhan yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan termasuk sebagai antijamur. Tujuan: Meningkatkan pengetahuan infeksi jamur superfisialis dan potensi tanaman obat yang digunakan sebagai terapi antijamur. Metode: Edukasi berbentuk kegiatan edukasi dengan materi infeksi jamur superfisial dan potensi penggunaan tanaman obat sebagai terapi antijamur. Kegiatan dilakukan di laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang menggunakan media power point. Evaluasi dilakukan menggunakan analisis kuantitatif hasil pre-test dan post-test. Hasil: Terdapat peningkatan signifikan pengetahuan peserta edukasi dengan rerata 24,6 poin (p=0,005). Kesimpulan: Terdapat peningkatan pengetahuan perihal infeksi jamur superfisial dan potensi penggunaan tanaman obat sebagai terapi antijamur.
Kata Kunci: antijamur, dermatofitosis, infeksi jamur, tanaman obat
________________________________________________________________________________________
Abstract
Background: Superficial fungal infection is still a health problem in Indonesia. Indonesia is a tropical area with high humidity levels. These are favorable conditions for fungal growth. Some people with superficial fungal infections still choose to use over-the-counter drugs without a doctor's prescription. The use of drugs without a doctor's prescription increases the potential for drug resistance. Indonesia has a variety of plants that can be used as traditional drugs, including antifungals. Objective: Increase knowledge of superficial fungal infections and the potency of medicinal plants used as antifungal therapy. Method: This activity is outreach with material on superficial fungal infections and the potential use of medicinal plants as antifungal therapy. The activity was carried out in the Biomedical Laboratory of the Faculty of Medicine Universitas Muhammadiyah Semarang using PowerPoint media. Result: There is a significant increase in the knowledge of participants, with an average increase of 24.6 points (p-value 0,005). Conclusion: There is an increase in knowledge about superficial fungal infections and the potential use of medicinal plants as antifungal therapy.
Keywords: antifungal, dermatophytosis, fungal infection, medicinal plant
Metrik
Referensi
Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000.
Harlim A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, 2019.
Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. Jakarta: FK UI, 2013.
Sumarni W, Sudarmin S, Sumarti SS. The scientification of jamu: A study of Indonesian’s traditional medicine. J Phys Conf Ser. 2019; 1321(3).
World Health Organization (WHO). WHO Traditional Medicine Strategy 2014-2023. Geneva: World Health Organization (WHO), 2013.
Pangesty V. Efektivitas ekstrak pare (Momordica charantia L) terhadap pertumbuhan Trichopyton rubrum. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, 2021
Setyiari NNM, Ristiati NP, warpala IWS. Aktivitas anti jamur kombinasi ekstrak daun sirih (Piper betle) dan ekstrak kulit buah jeruk (Citrus reticulata) untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans. Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 2019; 6(2). https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPB/article/view/21931/13558
Suharto IM. Efektivitas ekstrak kulit batang kayu manis (Cinnamomum verum) dalam menghambat pertumbuhan Trichophyton rubrum secara in vitro. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2017. https://eprints.umm.ac.id/41187/
Maulana RN, Zulfa F, Setyaningsih Y. Uji efektivitas ekstrak kulit pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.) terhadap pertumbuhan Trichophyton rubrum secara in vitro. Prosiding Seminar Nasional Riset Kedokteran (SENSORIK) 2020; 1(1). https://conference.upnvj.ac.id/index.php/sensorik/article/view/426
Mala NF. Uji aktivitas ekstrak daun Schleichera oleosa (kesambi) sebagai anti jamur terhadap pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum secara in vitro dengan metode difusi sumuran dan dilusi tabung. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2020.
Putri JAH. Uji efektivitas daun papaya dalam menghambat pertumbuhan Trichophyton rubrum secara in vitro. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, 2022
Hakim AR. Uji potensi anti jamur ekstrak etanol rimpang kecombrang (Nicolaia speciosa horan) terhadap Trichopyton mentagrophytes dan Trichopyton rubrum. Jakarta: Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, 2009.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor HK.01.07/MENKES/187/2017 Tentang Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2017
Adi Parwata, I. M. O. Obat Tradisional. Bali: Jurusan Kimia Universitas Udayana, 2017
Yuslianti ER, Bachtiar BM, Suniarti DF, dan Sutjiatmo AB. Standardisasi farmasitikal bahan alam menuju fitofarmaka untuk pengembangan obat tradisional Indonesia. Dentika dental journal 2016; 19(2): 179-185.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 JURNAL INOVASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT INDONESIA
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.